Rabu, Maret 18, 2009

Filsafat Dalam Perspektive Sejarah

Filsafat muncul di muka bumi ini pada tahun 600SM di Yunani, sehingga Yunani sering disebut sebagai tempat asalnya para filsuf, terutama filsuf klasik. Filsafat dibedakan menjadi 4 masa yaitu:

  1. Zaman Yunani/ Klasik (600 sM - 400 M)

  2. Zaman Patristik dan Skolastik/ pertengahan (300 M - 1500 M)

  3. Zaman Modern (1500 M - 1800 M)

  4. Zaman Kontemporer/sekarang (setelah 1800 M).

Para filsuf dari zaman filsafat klasik yaitu: Thales - Anaximander - Anaximenes - Pythagoras - Xenophanes - Parmenides - Zeno - Herakleitos - Empedocles - Democritus - Anaxagoras, Sokrates - Plato - Aristoteles.

Filsafat pra-Sokrates ditandai dengan usaha mencari asal(asas) segala sesuatu. Tidakkah dibalik keanekaragaman di alam semesta ini hanya ada satu asas? Thales mengusulkan ada 3 asas, yaitu air, anaximandros(yang tak terbatas), Emepedos(yaitu api-udara-tanah-air). Puncak filsafat Yunani dicapai pada pemikiran filsafati Sokrates (470-399 SM), Plato (428-348 SM) dan Aristoteles (384-322 SM). Sokrates menyumbangkan teknik kebidanan dalam berfilsafat. Bertolak dari pengalaman konkrit, melalui dialog seseorang diajak Sokrates (sebagai bidan) untuk “melahirkan” pengetahuan akan kebenaran yang dikandung dalam bathin orang tersebut. Sokrates berminat pada masalah manusia dan tempatnya di masyarakat, dan bukan pada kekuatan-kekuatan yang ada di balik para dewa-dewi mitologi Yunani.

Plato merupakan murid dari Sokrates, ia menyumbangkan ajaran tentang “idea”. Menurut Plato hanya idea-lah realitas sejati. Semua fenomena alam hanya bayang-bayang dari bentuk idea yang kekal. Plato juga berpendapat bahwa pengalaman hanya merupakan ingatan yang bersifat intuitif, bawaan dalam diri seseorang terhadap apa yang sebenarnya telah diketahuinya dari dunia idea. Menurut Plato, tanpa melalui pengalaman (pengamatan), apabila manusia sudah terlatih dalam hal intuisi, maka ia pasti sanggup menatap ke dunia idea dan karenanya lalu memiliki sejumlah gagasan tentang semua hal, termasuk tentang kebaikan, kebenaran, keadilan, dan sebagainya.

Aristoteles merupakan murid dari Plato, ia menganggap bahwa Plato telah menjungkir-balikkan segalanya. Dan Aristoteles setuju dengan pendapat Plato bahkan ia setuju idea ada dalam benda-benda. Pola pemikiran Aristoteles ini merupakan perubahan yang radikal, karena menurut Plato realitas tertinggi adalah yang kita fikirkan dengan akal kita, sedangkan menurut Aristoteles realitas tertinggi adalah yang kita lihat dengan indera-indera kita. Aristoteles mengemukakan bahwa ada dua cara untuk mendapatkan suatu kesimpulan demi memperoleh pengetahuan dan kebenaran baru, yaitu metode rasional-deduktif dan metode empiris-induktif. Aristoteles menempatkan filsafat dalam suatu skema yang utuh untuk mempelajari realitas. Aristoteles mengawali, atau sekurang-kurangnya secara tidak langsung mendorong, kelahiran banyak ilmu empiris seperti botani, zoologi, ilmu kedokteran, dan tentu saja fisika. Ada benang merah yang nyata, antara sumbangan pemikiran dalam Physica (yang ditulisnya), dengan Almagest (oleh Ptolemeus), Principia dan Opticks (dari Newton), serta Experiments on Electricity (oleh Franklin), Chemistry (dari Lavoisier), Geology (ditulis oleh Lyell), dan The Origin of Species (hasil pemikiran Darwin).

Para filsuf dari zaman filsafat pertengahan yaitu: Thomas Aquino.

Adapun para filsuf modern, yakni: Rene Decartes (disebut sebagai bapak rasionalisme, yaitu menganggap bahwa ilmu itu rasional, juga di sebut sebagai bapak filsafat modern karena pemikirannya dianggap sebagai pemikiran terpenting dan berpengaruh pada masa filsafat modern), Immanuel Kant (memperoleh predikat rasional, empiris, transenden, dan intuisme),Machiavelli, David Hume, John Locke, Leibniz, Barkeley, Karl Mark, Auguste Comte, Edmund Hurssel, dan sebagainya.

Filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari penguasa namun dari diri manusia sendiri. Namun tentang aspek mana yang berperan ada pendapat. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Aliran empirisme, sebaliknya, meyakini pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik yang batin, maupun yang inderawi. Lalu muncul aliran kritisisme, yang mencoba memadukan kedua pendapat berbeda itu.

Aliran rasionalisme dipelopori oleh Rene Decartes (1596-1650 M). Ia menegaskan perlunya ada metode yang jitu sebagai dasar kokoh bagi semua pengetahuan, yaitu dengan meragukan segalanya secara metodis. Descartes menerima 3 realitas, yang sudah ada sejak kita lahir, yaitu (1) realitas pikiran (res cogitan), (2) realitas perluasan (res extensa, "extention") atau materi, dan (3) Tuhan (sebagai Wujud yang seluruhnya sempurna, penyebab sempurna dari kedua realitas itu). Pikiran sesungguhnya adalah kesadaran, tidak mengambil ruang dan tak dapat dibagi-bagi menjadi bagian yang lebih kecil. Materi adalah keluasan, mengambil tempat dan dapat dibagi-bagi, dan tak memiliki kesadaran. Kedua substansi berasal dari Tuhan, sebab hanya Tuhan sajalah yang ada tanpa tergantung pada apapun juga. Descartes adalah seorang dualis, menerapkan pembagian tegas antara realitas pikiran dan realitas yang meluas. Manusia memiliki keduanya, sedang binatang hanya memiliki realitas keluasan: manusia memiliki badan sebagaimana binatang, dan memiliki pikiran sebagaimana malaikat. Binatang adalah mesin otomat, bekerja mekanistik, sedang manusia adalah mesin otomat yang sempurna, karena dari pikirannya ia memiliki kecerdasan. (Mesin otomat jaman sekarang adalah komputer yang tampak seperti memiliki kecerdasan buatan). Descartes adalah pelopor kaum rasionalis, yaitu mereka yang percaya bahwa dasar semua pengetahuan ada dalam pikiran.

Hume merupakan pelopor para empirisis, yang percaya bahwa seluruh pengetahuan tentang dunia berasal dari indera. Menurut Hume ada batasan-batasan yang tegas tentang bagaimana kesimpulan dapat diambil melalui persepsi indera kita. Aliran empirisme nyata dalam pemikiran David Hume (1711-1776), ia memilih pengalaman sebagai sumber utama pengetahuan. Pengalaman itu sendiri dapat bersifat lahiriah maupun bathiniah. Karena itu pengenalan inderawi merupakan bentuk pengenalan yang paling jelas dan sempurna.

Filsuf dari zaman filsafat kontemporer yaitu: Jean-Paul Sartre, karl Popper, Bertrand Russel, dan sebagainya.

Filsafat Kontemporer dimulai dengan bendungan Comte di sungai positivisme atau transenden. Bendungan ini dibangun oleh Auguste Comte yang memberontak tentang adanya filsafat. Pemikiran Auguste Comte ini bersifat positivisme. Positivisme yaitu bisa mengetahui sesuatu yang nyata yang ada saat ini. Positivisme menyatakan bahwa pemikiran tiap manusia, tiap ilmu dan suku bangsa melalui 3 tahap, yaitu teologis, metafisis dan positif ilmiah. Aliran positivisme dianut oleh August Comte (1798-1857), John Stuart Mill (1806-1873) dan H Spencer (1820-1903), dan dikembangkan menjadi neo-positivisme oleh kelompok filsuf lingkaran Wina.

Aliran dalam filsafat disebut sebagai school, sedangkan kemampuan di sebut sebagai faculty.

Aliran-aliran filsafat adalah sebagai berikut:

Materialisme: aliran filsafat yang menganggap bahwa materi adalah segala-galanya, atau menurut kamus materialisme menganggap bahwa hal-hal yang disebut ada adalah materi, hal ini dipelopori oleh Machiavelli. Paham materialisme ini sendiri bertentangan dengan idealisme.

Filsafat barat, dimulai dengan Adam Smith.

Filsafat di Amerika terkenal dengan sebutan fragmatisme, yaitu dengan menggunakan asas manfaat, dalam arti manfaat bagi mereka pengikutnya.

Hedonisme : aliran yang hanya mengejar kenikmatan duniawi saja.

Nihilisme : aliran yang tidak mau menerima sifat lain dari siapapun, termasuk tidak mau menerima aturan dari Tuhan.

Filsafat biasanya di klasifikasi berdasarkan daerah geografisnya dan agama. Filsafat yang termasuk berdasarkan daerah geografisnya adalah filsafat barat, timur dan timur tengah. Sedangkan menurut agama ada filsafat Islam, filsafat Hindu, Filsafat Budha dan Filsafat Kristen.

Filsafat Barat berkembang di daerah Eropa dan negara-negara jajahan negara Eropa. Filsafat ini berkembang berdasarkan tradisi dari orang-orang Yunani Kuno.

Filsafat Timur merupakan tradisi falsafi yang terutama berkembang di daerah Asia, India, China dan daerah yang dipengaruhi oleh budaya mereka. Biasanya filsafat ini dipengaruhi oleh agam, walaupun tidak terlihat jelas.

Filsafat Timur Tengah merupakan para filsuf yang bisa dikatakan juga merupakan ahli waris tradisi filsuf barat, karena filsuf pertama filsafat timur tengah ini adalah orang Arab atau orang islam yang menaklukkan daerah sekitar Laut Tengah dan menjumpai kebudayaan Yunani.

Referensi :

http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat

Jumat, Maret 06, 2009

Refleksi Perkuliahan Pendahuluan Filsafat

Dalam belajar filsafat, dibutuhkan beberapa sumber yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer yaitu jika kita memahami filsafat itu dari sesuatu hitam di atas putih. Sedangkan untuk sumber sekunder yaitu memahami dibalik apa yang tertulis, terucap dan difikirkan.

Ada 3 ruang lingkup filsafat, yaitu :

  1. Hakekat, hakekat tidak dapat didefinisikan secara pasti, karena dibalik hakekat ada hakekat lain, dibalik hakekat 1 ada hakekat 2, dibalik hakekat 2 ada hakekat 3 begitu seterusnya...

  2. Metode

  3. Manfaat.

Hal-hal di dunia ini yang terkadang diangkap hal yang sepele merupakan suatu objek terpenting dari filsafat itu sendiri. Dan sifat dari objek filsafat itu adalah intersif (dalam sedalam-dalamnya tiada tolak bandingnya) dan ekstensif (luas seluas-luasnya tiada tolak bandingnya).

Filsafat merupakan olah fikir manusia. Bagaimana manusia itu mampu mengolah akal dan fikirannya sehingga akan tertuang dalam suatu ide ataupun gagasan yang membangun.

Dalam belajar filsafat, terdapat 3 pilar yaitu:

  1. Ontologi
  2. epistomologi
  3. aksiologi.

Lupa yaitu dimana kita tidak sadar ruang dan waktu. Kata-kata yang mengandung makna lebih dari satu merupakan suatu penyakit dalam filsafat. Bersifat sakit dalam filsafat adalah tidak sadar ruang dan waktu. Sakit dalam filsafat tergantung pada pendefinisian. Sakit berarti sedang diluar kebiasaan, sedangkan sehat adalah berani di luar kebiasaan. kedua hal ini tergantung bagaimana persepsi kita masing-masing. Filsafat dapat bersifat lembut yaitu dimana filsafat merupakan suatu kesadaran. Penyakit lain dalam filsafat yaitu accident yaitu jatuhnya suatu sifat ke sifat yang lain. sehingga di dalam filsafat, tegang sama sekali tidak diperbolehkan. Karena hal ini bisa mengakibatkan jatuhnya sifat ke sifat yang lain.

Terkadang kita sendiri sulit memahami ruang dan waktu. Karena dirimu adalah ruang, aku adalah ruang dan kita semua adalah ruang. Kita tidak akan tahu siapa diri kita tanpa kita tahu dimana kita berada. Dan kita juga tidak akan tahu diri kita kapan kita berada. Karena kita tidak pernah luput dari ruang dan waktu. Pernahkah kita tidak berada dalam suatu tempat? ataukah pernah kita tidak berada dalam suatu waktu? Ruang dan waktu tidak akan pernah lepas dari kita. Karena kita ada jika kita berada di suatu tempat dan di suatu waktu.

Sehingga aku tidak pernah tahu dirimu, tanpa tahu dimana kamu dan kapan bersamamu.

Keterbatasan adalah ilmuku dan hidupku. Karena sebagai manusia aku punya banyak keterbatasan. Keterbatasan untuk melihat, untuk melihat, untuk merasakan dan untuk sesuatu hal yang tidak aku ketahui. Namun aku tahu, aku ada karena aku berfikir.

Awal dari filsafat adalah bertanya karena dengan bertanya aku tahu apa yang sedang kamu fikirkan, Karen a bertanya aku tahu apa yang kamu maksudkan.

Filsafat adalah refleksi , tidak ada aturan tetapi kesadaran ruang dan waktu. Jika filsafat sudah berbicara maka tidak ada yang tidak ada hubungannya dengan dunia ini.

Hidup adalah menerjemahkan dan diterjemahkan. menerjemahkan berarti kita membaca dan mengerti apa yang kita lihat, apa yang kita dengar dan apa yang kita rasakan. Diterjemahkan berarti ikhlas. Aku tidak bisa memahami hidup jika aku tidak tahu apa yang sedang aku lakukan. Ketika aku sedang sholat maka hidupku adalah untuk sholat. Ketika aku sedangn belajar maka hidupku adalah untuk belajar. Ketika aku sedang bekerja, maka hidupku adalah untuk bekerja. Hidup mempunyai banyak pandangan dalam memahami hakekat hidup itu.

Sejauh-jauhnya mengembaranya fikiranmu, hendaknya dikendalikan oleh hatimu. Hal ini merupakan suatu isyarat bahwa dalam belajar filsafat, tidak hanya fikiran yang harus ditonjolkan, karena kita harus bisa tetap sadar ruang dan waktu, dan yang bisa mengendalikannya adalah hati, karena itu hati dan fikiran haruslah selalu bersama-sama, tidak dapat berjalan sendiri-sendiri.