Kamis, Juni 18, 2009

USAHA GURU MEMPERBINCANGKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Guru:

Aku sedang menyaksikan keramaian dalam suatu ruangan. Nampak mereka sedang asyik melakukan aktivitas mereka. Sedang apa mereka? Oh, nampaknya mereka sedang mendiskusikan tentang pembelajaran matematika. Sebaiknya aku memberi kesempatan kepada mereka agar kalian dapat ikut menyaksikan apa yang mereka diskusikan. Hai para siswa, siapa kalian dan apa yang sedang kalian diskusikan?

Siswa 1:

Guru, aku adalah siswa 1. Aku sedang mempelajari matematika. Menurutku matematika itu gampang tapi sulit. Ia akan menjadi semakin sulit ketika ia menjelma menjadi bilangan-bilangan positif dan negatif.

Siswa 2:

Guru, aku adalah siswa 2. Aku sedang mempelajari matematika. Menurutku matematika itu gampang tapi sulit. Ia akan menjadi semakin sulit ketika ia merupakan suatu penjelmaan dari ruas-ruas garis dalam bidang dua dimensi sehingga dikenal menjadi bangun datar.

Siswa 3:

Guru, aku adalah siswa 3. Aku sedang mempelajari matematika. Menurutku matematika itu gampang tapi sulit. Ia akan menjadi semakin sulit ketika ia merupakan suatu penjelmaan dari ruas-ruas garis dalam bidang tiga dimensi sehingga dikenal menjadi bangun ruang.

Siswa 4:

Guru, aku adalah siswa 4. Aku sedang mempelajari matematika. Menurutku matematika itu gampang tapi sulit. Ia akan menjadi semakin sulit ketika ia mempunyai beberapa variabel sehingga disebut sebagai suatu persamaan.

Siswa 5:

Guru, aku adalah siswa 5. Aku sedang mempelajari matematika. Menurutku matematika itu gampang tapi sulit. Ia akan menjadi semakin sulit ketika ia menjelma menjadi barisan dan deret dari suatu fungsi sehingga dikenal dengan sebagai barisan dan deret.

Siswa 6:

Guru, aku adalah siswa 1. Aku sedang mempelajari matematika. Menurutku matematika itu gampang tapi sulit. Ia akan menjadi semakin sulit ketika ia menjelma menjadi dua buah bagian, yaitu menjadi pembilang dan penyebut sehingga dikenal menjadi pecahan.

Guru:

Cukup...cukup...aku rasa cukup penjelasan dari beberapa diantara kalian. Dan aku dapat menarik kesimpulan bahwa kalian sedang mengalami kesulitan dalam pembelajaran matematika. Benar?

Para siswa:

Benar Guru.

Guru:

Baiklah, aku akan mempersilahkan matematika untuk menjelaskan siapa dirinya.

Matematika:

Aku adalah matematika. Aku muncul ketika orang memikirkan bahwa mereka butuh menghitung, ketika mereka menggunakan logika mereka, dan ketika mereka membutuhkan sebuah analisis untuk menarik kesimpulan. Aku bisa muncul kapan saja, baik disadari maupun tidak disadari. Manusia tidak akan pernah lepas dariku. Namun demikian, sebenarnya wujudku adalah abstrak. Maka dari itu, untuk dapat memahamiku diperlukan pemikiran kritis. Karena tanpa itu, sama saja mereka hanya mengenalku dari kulitku saja.

Para siswa:

Mengenal kulitmu? Apa maksudnya?

Matematika:

Benar. Apa yang diketahui oleh orang-orang biasa yang tidak begitu menyukai matematika, sebenarnya mereka hanya mengenal kulitku saja. Seperti pepatah: “tak kenal maka tak sayang”. Seperti itulah aku, mereka tidak mengenalku secara dalam, sehingga mereka sangat membenciku.

Siswa 1:

Lalu, apa yang harus kami lakukan agar dapat mengenalmu lebih dalam lagi?

Matematika:

Kalian memerlukan metode agar dapat mengenalku lebih baik. Tidak cukup dengan satu metode saja. Karena metode itu berbeda-beda satu sama lain. Ada kelemahan dan kelebihannya sendiri. Sehingga aku harus dapat mencari metode yang sesuai agar kalian kalian dapat memahamiku dengan baik, sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan oleh gurumu.

Siswa 2:

Metode apa saja yang dapat digunakan untuk mengenalmu?

Matematika:

Seperti yang sudah ku katakan, ada banyak metode yang dapat digunakan. Misalnya saja discovery, inqury, teams game tournament, think pair, jigsaw,CTL dan lain-lain. Mereka dapat digunakan sendiri-sendiri ataupun bersamaan, tergantung bagaimana gurumu mengajarkannya pada kalian.

Siswa 3:

Selain menggunakan metode, apakah ada cara lain?

Matematika:

Tentu saja ada. Matematika itu dapat dipelajari dengan cara apa saja sesuka kalian. Contohnya dapat dipelajari dengan suatu model pembelajaran, misalnya model pembelajaran Gagne, Gestalt, Konstruktif dan lain-lain. Tapi model pembelajaran yang sedang berkembang saat ini adalah model pembelajaran Konstruktif.

Siswa 4:

Apa itu model pembelajaran Konstruktif?

Konstruktif:

Aku adalah model pembelajaran Konstruktif. Aku adalah suatu model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada kalian para siswa untuk pemahaman sendiri dari suatu konsep materi yang sedang kalian pelajari. Selain itu, guru juga berperan sebagai mediator dalam pembelajaran ini. Dengan begitu, kalian akan lebih dapat dengan mengenal matematika dengan intim, karena kalian telah menanamkan konsep matematika itu dengan sendirinya di pikiran kalian.

Logos:

Benar sekali, Konstruktif sekarang banyak digunakan oleh guru-guru dalam mengajar matematika, karena mereka tahu untuk menanamkan konsep matematika itu tidaklah mudah selain para siswa itu sendiri yang menanamkannya di pikiran mereka.

Konstruktif:

Selain itu, aku dan filsafat matematika saling berhubungan satu sama lain, karena filsafat juga menanamkan suatu konsep ke dalam pikiran seseorang. Karenanya banyak orang yang menyebut bahwa filsafat merupakan olah pikir. Sedangkan definisi filsafat itu banyak sekali, tergantung bagaimana kita mendefinisikannya sendiri.

Siswa 5:

Bagaimana tahapan-tahapan dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan dirimu sebagai pendekatannya?

Konstruktif:

Ada empat tahapan yang harus dilalui, yaitu pertama: guru mendorong siswa untuk mengemukakan kembali pengetahuan awal tentang konsep yang akan dibahas. Bila perlu, guru harus memancing siswa dengan pertanyaan-pertanyaan problematis tentang fenomena yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini penting karena dengan menggunakan pengetahuan awalnya, siswa dapat dengan mudah memasuki materi baru.

Siswa 6:

Bagaimana dengan tahap kedua?

Konstruktif:

Pada tahap kedua, para siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian dan penginterprestasian data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang oleh guru. Sehingga akan muncul rasa keingintahuan yang tinggi dari para siswa. Pada tahap ketiga: siswa memikirkan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil observasi, ditambah dengan penguatan dari guru. Selanjutnya siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari. Dan pada tahap terakhir: guru menciptakan suatu iklim pembelajaran matematika yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya,baik dengan melalui kegiatan maupun pemunculan masalah sehari-hari.

Para siswa:

Jadi, dengan konstruktif guru tidak perlu bersusah payah menjelaskan materi di depan kelas?

Konstruktif:

Benar sekali. Guru mempunyai peranan sebagai mediator. Sehingga guru akan selalu mengawasi selama pembelajaran berlangsung. Dengan begitu, siswa akan memahami konsep matematika itu dengan caranya sendiri. Sehingga, siswa dapat mengaplikasikannnya dalam kehidupan sehari-hari.

Logos:

Dapatkah engkau menyebutkan contoh pembelajaran dengan menerapkan dirimu sebagai modelnya?

Konstruktif:

Tentu. Misalnya dalam pembahasan materi prosentase. Kita harus mengajak siswa untuk memahami bahwa prosentase adalah suatu bagian tertentu untuk setiap jumlah 100. Sehingga misalnya kita akan mengajak siswa mencari nilai dari 5% dari 100, maka setiap 100 ada 5, atau setiap 100 dikurangi 5.

Siswa 1:

Lalu bagaimana jika kita ingin mencari 5% dari 500?

Konstruktif:

Itu mudah sekali. Dengan konsep yang telah aku sampaikan tadi, kita akan mulai menghitung 5% dari 100. Karena 500 sama dengan 100 sebanyak 5 kali, maka kita akan memulai menghitung 5% dari 100 sebanyak 5 kali. Yaitu 5, 5, 5, 5, dan 5. Jika kita jumlahkan maka hasilnya adalah 25. Sehingga 5% dari 500 adalah 25.

Para siswa:

Ya, kami mengerti sekarang. Dengan konstruktif kita tidak perlu bersusah payah menghafalkan rumus-rumus yang jumlahnya sangat banyak. Kita hanya perlu menanamkan konsepnya saja dalam pikiran kita.

Konstruktif:

Benar sekali. Maka dari itu, metode penghafalan dalam pembelajaran matematika sangatlah harus dihindari. Karena itu sama saja dengan mengisi otak para siswa yang kosong dengan pengetahuan-pengetahuan yang mudah hilang.

Logos:

Dengan bagitu, materi matematika akan semakin mudah dipahami oleh para siswa. Namun, semua itu tergantung dari niatan kita. Jika kita ingin mendalami matematika dengan serius, niscaya semua itu akan mempermudah kita. Namun sebaliknya, jika kita merasa terpaksa mempelajarinya sama saja dengan kita mempelajari sesuatu yang sia-sia. Semua itu kembali kepada diri kita sendiri. Semoga Allah SWT memberikan pahala atas apa yang sedang kita lakukan dalam pembelajaran ini. Amien.

Refferensi:

Terilhami oleh elegi-elegi dari Bapak Marsigit, dalam http://powermathematics.blogspot.com

Al Jupri. Oktober 30, 2007. Cara Mengajarkan Matematika. Disajikan dalam : http://varmath.multiply.com/reviews/item/1

Bekti Hermawan. Metodologi Filsafat Matematika. Disajikan dalam: http://filsafatmatematika.com/matematika.asp?id=metodologi_filsafat_matematika

Nuriana. Pembelajaran Matematika Dengan Teori Belajar Konstruktivisme. Disajikan dalam: http://www.mathematic.transdigit.com/mathematic-article/pembelajaran-matematika-dengan-teori-belajar-konstruktivisme.html

Rabu, Mei 13, 2009

Elegi Perbincangan Limas Tegak Segiempat

Oleh : Yuni Priastiwi 

Sisi Alas:

Wahai kalian, siapakah sebenarnya kalian? Mengapa kalian saling mengapit diriku. Seolah-olah kalian ingin melindungiku dari sesuatu yang jatuh dari atas.

Sisi tegak 1:

Wahai Alas. Sesungguhnya aku adalah sisi tegak 1. Bentuk badanku berupa segitiga. Aku memiliki 3 buah rusuk, yaitu 2 buah rusuk tegak dan satu buah rusuk alas. Dan rusuk alasku berimpit dengan dirimu, namun diriku tidaklah tegak lurus terhadap dirimu, sehingga akan terbentuk Titik Sudut lancip karena kita.

Sisi tegak 2:

Wahai Alas. Sesungguhnya aku adalah sisi tegak 2. Bentuk badanku berupa segitiga. Aku memiliki 3 buah rusuk, yaitu 2 buah rusuk tegak dan satu buah rusuk alas. Dan rusuk alasku berimpit dengan dirimu, namun diriku tidaklah tegak lurus terhadap dirimu, sehingga akan terbentuk Titik Sudut lancip karena kita.

Sisi tegak 3:

Wahai Alas. Sesungguhnya aku adalah sisi tegak 3. Bentuk badanku berupa segitiga. Aku memiliki 3 buah rusuk, yaitu 2 buah rusuk tegak dan satu buah rusuk alas. Dan rusuk alasku berimpit dengan dirimu, namun diriku tidaklah tegak lurus terhadap dirimu, sehingga akan terbentuk Titik Sudut lancip karena kita.

Sisi tegak 4:

Wahai Alas. Sesungguhnya aku adalah sisi tegak 3. Bentuk badanku berupa segitiga. Aku memiliki 3 buah rusuk, yaitu 2 buah rusuk tegak dan satu buah rusuk alas. Dan rusuk alasku berimpit dengan dirimu, namun diriku tidaklah tegak lurus terhadap dirimu, sehingga akan terbentuk Titik Sudut lancip karena kita.

Sisi alas:

Tunggu dulu. Kenapa kalian membuatku bingung? Kalian berempat berempat menjawab pertanyaanku dengan jawaban yang sama?

Sisi tegak 1, 2, 3, dan 4:

Wahai sisi alas. Itulah sebenar-benar diri kami. Kami merupakan sisi tegak  yang banyaknya kami mengikuti banyaknya rusuk yang engkau miliki. Sehingga kami dapat seluruh rusukmu mempunyai pasangannya.

Sisi alas:

Kalian benar. Aku mempunyai empat buah rusuk. Dan setiap rusukku ada kalian yang berdiri tegak di sana.

Titik Sudut 1:

Hai kalian. Apa yang sedang kalian perbincangkan ini? Mengapa kalian tidak mengajak kaumku untuk ikut berdialog dengan kalian?

Sisi alas:

Oh Titik Sudut 1, maafkan kami. Kami tidak tidak menyadari kehadiranmu.

Titik Sudut 2:

Alangkah sombongnya kalian ini! Aku dan teman-temanku selalu duduk diantara kalian berlima, tapi kalian tidak menyadari?

Sisi tegak 1:

Maafkan kami, wahai Titik Sudut. Sekarang silahkan kalian berbicara. Kami akan mendengarkan.

Titik Sudut 1:

Ketahuilah wahai para sisi. Aku adalah Titik Sudut 1. Aku duduk diantara sisi tegak 1 dan sisi alas. Sehingga aku merupakan hasil dari pertemuan sisi tegak 1 dan sisi alas. Kaumku ada empat, yaitu aku, Titik Sudut 2, Titik Sudut 3, dan Titik Sudut 4. Ukuranku tergantung seberapa dekat sisi tegak 1 dan sisi alas. Namun, ukuranku hanya berkisar diantara 0 dan 90 derajat saja.

Titik Sudut 2:

Wahai semuanya. Aku adalah Titik Sudut 2. Aku duduk diantara sisi tegak 2 dan sisi alas. Sehingga aku merupakan hasil dari pertemuan sisi tegak 2 dan sisi alas. Kaumku ada empat, yaitu aku, Titik Sudut 2, Titik Sudut 3, dan Titik Sudut 4. Ukuranku tergantung seberapa dekat sisi tegak 2 dan sisi alas. Namun, ukuranku hanya berkisar diantara 0 dan 90 derajat saja.

Titik Sudut 3:

Wahai para sisi. Aku adalah Titik Sudut 3. Aku duduk diantara sisi tegak 3 dan sisi alas. Sehingga aku merupakan hasil dari pertemuan sisi tegak 3 dan sisi alas. Kaumku ada empat, yaitu aku, Titik Sudut 2, Titik Sudut 3, dan Titik Sudut 4Ukuranku tergantung seberapa dekat sisi tegak 3 dan sisi alas. Namun, ukuranku hanya berkisar diantara 0 dan 90 derajat saja.

Titik Sudut 4:

Ketahuilah wahai para sisi. Aku adalah Titik Sudut 4. Aku duduk diantara sisi tegak 4 dan sisi alas. Sehingga aku merupakan hasil dari pertemuan sisi tegak 4 dan sisi alas. Kaumku ada empat, yaitu aku, Titik Sudut 2, Titik Sudut 3, dan Titik Sudut 4. Ukuranku tergantung seberapa dekat sisi tegak 4 dan sisi alas. Namun, ukuranku hanya berkisar diantara 0 dan 90 derajat saja.

Sisi alas, sisi tegak 1, 2, 3, dan 4:

Wahai kalian para titik sudut. Sesungguhnya kalian merupakan obyek dari kami. Sifat-sifat yang ada pada kami akan selalu menimpa diri kalian. Baik itu kalian suka ataupun tidak suka. Tapi itu sudah kodratnya. Maka kalian harus berlapang dada menerima kenyataan bahwa kalian adalah obyek kami.  

Titik sudut 1, 2, 3, dan 4:

Wahai kalian para sisi. Kami selalu menerima bahwa kami adalah obyek kalian. Tapi perlu kalian ketahui bahwa kalian juga merupakan obyek dari kami. Sifat-sifat yang ada pada kami akan selalu menimpa diri kalian. Baik itu kalian suka ataupun tidak suka. Tapi itu sudah kodratnya. Maka kalian harus berlapang dada menerima kenyataan bahwa kalian adalah obyek kami.  

Sisi alas, sisi tegak 1, 2, 3, dan 4:

Kalau begitu, bukankah kita merupakan subyek sekaligus obyek?

Titik sudut 1, 2, 3, dan 4:

Ya, kalian benar sekali.

Titik puncak:

Wahai kalian semua, senang sekali melihat kalian berbincang-bincang dari atas sini. Kalian semua adalah subyek sekaligus obyek dari diri kalian masing-masing. Kalian saling melengkapi satu sama lain. Tapi kalian belumlah lengkap tanpa aku.

Para sisi dan para titik sudut:

Wahai engkau yang berada di atas sana, siapakah engkau? 

Titik Puncak:

Aku adalah titik puncak. Aku berada paling tinggi di antara kalian semua. Aku merupakan hasil pertemuan dari keempat sisi tegak. Aku dapat melihat semua aktifitas kalian dari sini. Aku juga merupakan subjek dan obyek dari kalian.

Para sisi dan para titik sudut:

Kalau begitu, siapakah kita ini? Mengapa kita saling membutuhkan satu sama lain? 

Titik puncak:

Benar, siapakah kita ini?

Orang tua berambut putih:

Wahai kalian semua. Sebenar-benar diri kalian adalah bagaimana kalian memahami diri kalian sendiri. Kalian merupakan suatu satu kesatuan utuh yang tak dapat dipisahkan. Sebesar apapun bentuk tubuh kalian, kalian akan tetap menyatu. Karena kalian saling tergantung satu sama lain. Jika salah satu di antara kalian mengecil, maka semuanya akan ikut mengecil. Begitu juga jika kalian membesar.

Titik puncak:

Aku setuju. Dari sini, aku dapat melihat bahwa para sisi dan para titik sudut sangat kompak. Dan tentunya aku juga akan ikut kompak dengan mereka. Karena itu sudah kodratku. 

Orang tua berambut putih:

Kamu benar titik puncak. Dari kalian ini aku dapat membentuk sebuah bangun ruang bernama Limas. Itulah sebenar-benar kalian. Tidak hanya itu. Dari bangun ini menyimpan makna yang luar biasa. Wahai engkau sisi alas, engkau menggambarkan bagaimana manusia berinteraksi dengan sesama manusia. Sedangkan engkau sisi tegak,engkau menggambarkan bahwa semua tujuan dari manusia adalah menuju ke suatu titik, yaitu titik paling tinggi. Dan titik itu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Dia dapat melihat semua apa yang sedang kita lakukan dan kita pikirkan. Jadi, segeralah kalian bertobat dan memohon ampun kepada-Nya. Karena sesungguhnya, makhluk yang Ia sayangi adalah Makhluk yang selalu menyembah-Nya, memohon ampun kepada-Nya. Semoga Ia mengampuni semua kesalahan kita. Amien.

Minggu, April 12, 2009

Filsafat Ilmu bagian 1

Mendengar kata ‘filsafat’, mungkin akan sedikit membuat bulu kuduk kita merinding. Apalagi bagi teman-teman mahasiswa yang tidak mengambil jurusan ilmu sosial. Tapi, disinilah keunikan filsafat bagi teman-teman mahasiswa non ilmu sosial. Dengan mempelajari filsafat, otak kita diajak untuk berfikir mana yang logis dan yang bukan, mana yang merupakan mitos-mitos dan yang bukan. Dengan filsafat, kita diajak untuk mengetahui apa yang menjadi hakekat. Meskipun kita sendiri tidak tahu apa itu hakekat. Karena sebenar-benarnya hakekat ada hakekat dibalik hakekat lain. Ada hakekat 1 dibalik hakekat, ada hakekat 2 dibalik hakekat 1, ada hakekat 3 dibalik hakekat 2, begitu seterusnya. Sangat membingungnya. (Karena saya juga bingung)

Namun, dalam hal ini saya tidak ingin membuat teman-teman bingung. Saya hanya akan mengemukakan apa itu filsafat.

  • Pengertian Filsafat

Secara etimologi, kata filsafat berasal dari bahasa Yunani philosophia. Philosophia itu sendiri terdiri dari dua kata yaitu kata philein yang berarti cinta (love) dan sophia yang berati kebijaksanaan (wisdom). Sehingga, secara etimologi kata filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya.

Sedangkan secara terminologi, filsafat diuraikan dalam definisi yang berbeda-beda oleh beberapa ahli filsuf. Berikut sebagian penyataan beberapa filsuf tentang filsafat:

  1. Plato menyebutkan bahwa filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.

  2. Aristoteles mengemukakan bahwa filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat keindahan).

  3. Al Farabi mengemukakan bahwa filsafat adalah imu (pengetahuan) tentang alam maujud bagaimana hakekat yang sebenanya.

  4. Rene Decartes mengemukakan bahwa filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan di mana Tuhan, alam, dan manusia menjadi pokok penyelidikan.

  5. Immanuel Kant mengemukakan bahwa filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang menjadi pokok pangkal dari segala pengetahuan, yang di dalamnya tercakup masalah epistomologi (filsafat pengetahuan) yang menjawab persolaan yang dapat kita ketahui.

  6. N.Driyarkara mengemukakan bahwa filsafat adalah permenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebab “ada” dan “berbuat” permenungan tentang kenyataan (reality) yang sedalam-dalamnya, sampai ke “mengapa” yang penghabisan.

Dalam Wikipedia dijelaskan bahwa filsafat merupakan sebuah problem filsafi pula. Namun dapat dikatakan bahwa filsafat adalah studi yang mempelajari keseluruhan fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis.

Masih banyak lagi, pengertian-pengertian filsafat yang mungkin jika saya tuliskan di sini akan membuat anda merasa semakin bingung dengan filsafat. Namun, dari beberapa pengertian di atas sedikit saya menyimpulkan bahwa filsafat itu adalah suatu ilmu pengetahuan yang berpusat pada olah pikir manusia untuk mendapatkan sesuatu yang benar-benar ingin ia ketahui dalam batas kemampuan manusia. Karena manusia sendiri mempunyai banyak keterbatasan, sehingga tidak semua yang ada di muka bumi ini manusia ketahui. Karena berfikir secara filsafat adalah bagaimana kita mampu mengartikannya sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya.

  • Ciri-ciri filsafat

Menurut Drs.Suyadi MP dan Drs.Sri Suprapto Wirodiningrat, filsafat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Menyeluruh

Pemikiran yang luas karena tidak membatasi diri dan bukan hanya ditinjau dari satu sudut pandangan tertentu. Pemikiran kefilsafatan ingin mengetahui hubungan antara ilmu yang satu dengan ilmu-ilmu yang lain, hubungan ilmu dengan moral, seni dan tujuan hidup.

  1. Mendasar

Pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang fundamental atau esensial obyek yang dipelajarinyna sehingga dapat dijadikan dasar berpijak bagi segenap nilai dan keilmuan. Sehingga tembus sampai kedalam-dalamnya.

  1. Spekulatif

Hasil pemikiran yang didapat dijadikan ndasar bagi pemikiran selanjutnya. Hasil pemikirannya selalu dimaksudkan sebagai dasar menjelajahi wilayah pengetahuan yang baru.

Sedangkan menurut Ali Mudhofir, ciri-ciri berfikir fillsafat adalah sebagai berikut:

  1. Radikal.

Radikal berasal dari bahasa Yunani yaitu radix yang berarti akar. Berfikir secara radikal berarti berfikir samapi ke akar-akarnya, pada hakikat, esensi atau sampai kepada substansi yang difikirkan. Manusia yang berfilsafat dengan akalnya berusaha untuk dapat menangkap pengertian hakiki.

  1. Universal.

Berfiikir secara universal berarti berfikir tentangn hal-hal serta proses-proses yang bersifat umum, dalam arti tidak memikirkan hal-hal yang parsial. Dengan jalan penjajakan yang radikal, filsafat berusaha untuk sampai pada berbagai kesimpulan yang universal.

  1. Konseptual

Konsep adalah hasil dari generalisasi pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses individual. Sehingga dapat berfikir secara kefilsafatan melampaui batas pengalaman hidup sehari-hari.

  1. Koheren dan Konsisten.

Koheren yaitu sesuai dengan kaidah-kaidah berfikir (logis). Konsisten yaitu tidak mengandung kontradiksi.

  1. Sistematik.

Sistematik adalah kebulatan dari sejumlah unsur yang saling berhubungan satu sama lain menurut tata pengaturan untuk mencapai suatu maksud atau perasanan tertentu.

  1. Komprehensif.

Komprehensif adalah mencakup secara menyeluruh. Berfikir secara kesilfatan berusaha untuk menjelaskan alam semesta secara keseluruhan.

  1. Bebas.

Sampai batas-batas yang luas maka setiap filsafat boleh dikatakan merupakan suatu pemikiran yang bebas. Bebas dari berbagai prasangka sosial, historis, kultural ataupun religius.

  1. Pemikiran yang bertanggung jawab.

Seseorang yang berfilsafat adalah orang yang berfikir sambil bertanggung jawab. Pertanggungjawaban yang pertama adalah terhadap hati nuraninya sendiri. Selanjutnya adalah bagaimana ia dapat merumuskan berbagai pemikirannya agar dapat dikomunikasikan kepada orang lain.

  • Cabang-cabang Filsafat

Secara global, filsafat mempunyai 5 cabang, yaitu:

  1. Logika

Logika merupakan cabang filsafat yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita. Lapangan dalam logika adalah asas-asas yang menentukan pemikiran lurus, tepat, dan sehat. Dengan mempelajari logika, diharapkan dapat menerapkan asas bernalar sehingga dapat menarik kesimpulan dengan tepat.

  1. Epistemologi

Epistemologi merupakan bagian filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat-sifat, metode dan kesahihan pengetahuan. Dengan mempelajari epitemologi dan filsafat ilmu diharapkan dapat membedakan antara pengetahuan dan ilmu serta mengetahui dan menggunakan metode yang tepat dalam memperoleh suatu ilmu serta mengetahui kebenaran suatu ilmu itu ditinjau dari isinya.

  1. Etika

Etika merupakan cabang filsafat yang membicaran tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubungannya dengan baik-buruknya. Dengan belajar etika ini diharapkan dapat membedakan istilah yang sering muncul seperti etika, norma, dan moral. Selain itu juga dapat mengetahui dan memahami tingkah laku apa yang baik menurut teori-teori tertentu, sikap yang baik dengan kaidah-kaidah tertentu. Sehingga obyek dari etika adalah tingkah laku atau perbuatan manusia yang dilakukan secara sadar dan bebas. Sedangkan obyek formal dari etika adalah kebaikan dan keburukan atau bermoral dan tidak bermoral.

  1. Estetika

Estetika merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang keindahan. Obyek dari estetika adalah pengalaman dan keindahan. Dengan mempelajari ini diharapkan dapat membedakan antara estetika filsafati dan estetika ilmiah, berbagai teori keindahan, pengertian seni, penggolongan seni, nilai seni, aliran dalam snei, dan teori penciptaan seni.

  1. Metafisika

Metafisika merupakan cabang filsafat yang mempelajari tentang yang ada. Metafisika membicarakan sesuatu di sebalik yang nampak. Dengan belajar metafisika diharapkan orang akan mengenal Tuhannya, mengetahui berbagai macam aliran yang ada dalam metafisika. Persoalan dalam metafisika dibedakan menjadi tiga, yaitu persoalan ontologi, kosmologi, dan antropologi.

Masih banyak lagi hal-hal yang perlu diketahui tentang filsafat itu sendiri. Namun, karena keterbatasan kemampuan saya maka tulisan ini masih akan berlanjut pada pembahasan selanjutnya. Berilah komentar anda pada tulisan saya ini sekiranya dapat membangun pemahaman filsafat kita.

Referensi:

Surajiyo. 2007. Filsafat Ilmu & Perkembangannya di Indonesia. Jakarta:Bumi Aksara.

http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat

Rabu, Maret 18, 2009

Filsafat Dalam Perspektive Sejarah

Filsafat muncul di muka bumi ini pada tahun 600SM di Yunani, sehingga Yunani sering disebut sebagai tempat asalnya para filsuf, terutama filsuf klasik. Filsafat dibedakan menjadi 4 masa yaitu:

  1. Zaman Yunani/ Klasik (600 sM - 400 M)

  2. Zaman Patristik dan Skolastik/ pertengahan (300 M - 1500 M)

  3. Zaman Modern (1500 M - 1800 M)

  4. Zaman Kontemporer/sekarang (setelah 1800 M).

Para filsuf dari zaman filsafat klasik yaitu: Thales - Anaximander - Anaximenes - Pythagoras - Xenophanes - Parmenides - Zeno - Herakleitos - Empedocles - Democritus - Anaxagoras, Sokrates - Plato - Aristoteles.

Filsafat pra-Sokrates ditandai dengan usaha mencari asal(asas) segala sesuatu. Tidakkah dibalik keanekaragaman di alam semesta ini hanya ada satu asas? Thales mengusulkan ada 3 asas, yaitu air, anaximandros(yang tak terbatas), Emepedos(yaitu api-udara-tanah-air). Puncak filsafat Yunani dicapai pada pemikiran filsafati Sokrates (470-399 SM), Plato (428-348 SM) dan Aristoteles (384-322 SM). Sokrates menyumbangkan teknik kebidanan dalam berfilsafat. Bertolak dari pengalaman konkrit, melalui dialog seseorang diajak Sokrates (sebagai bidan) untuk “melahirkan” pengetahuan akan kebenaran yang dikandung dalam bathin orang tersebut. Sokrates berminat pada masalah manusia dan tempatnya di masyarakat, dan bukan pada kekuatan-kekuatan yang ada di balik para dewa-dewi mitologi Yunani.

Plato merupakan murid dari Sokrates, ia menyumbangkan ajaran tentang “idea”. Menurut Plato hanya idea-lah realitas sejati. Semua fenomena alam hanya bayang-bayang dari bentuk idea yang kekal. Plato juga berpendapat bahwa pengalaman hanya merupakan ingatan yang bersifat intuitif, bawaan dalam diri seseorang terhadap apa yang sebenarnya telah diketahuinya dari dunia idea. Menurut Plato, tanpa melalui pengalaman (pengamatan), apabila manusia sudah terlatih dalam hal intuisi, maka ia pasti sanggup menatap ke dunia idea dan karenanya lalu memiliki sejumlah gagasan tentang semua hal, termasuk tentang kebaikan, kebenaran, keadilan, dan sebagainya.

Aristoteles merupakan murid dari Plato, ia menganggap bahwa Plato telah menjungkir-balikkan segalanya. Dan Aristoteles setuju dengan pendapat Plato bahkan ia setuju idea ada dalam benda-benda. Pola pemikiran Aristoteles ini merupakan perubahan yang radikal, karena menurut Plato realitas tertinggi adalah yang kita fikirkan dengan akal kita, sedangkan menurut Aristoteles realitas tertinggi adalah yang kita lihat dengan indera-indera kita. Aristoteles mengemukakan bahwa ada dua cara untuk mendapatkan suatu kesimpulan demi memperoleh pengetahuan dan kebenaran baru, yaitu metode rasional-deduktif dan metode empiris-induktif. Aristoteles menempatkan filsafat dalam suatu skema yang utuh untuk mempelajari realitas. Aristoteles mengawali, atau sekurang-kurangnya secara tidak langsung mendorong, kelahiran banyak ilmu empiris seperti botani, zoologi, ilmu kedokteran, dan tentu saja fisika. Ada benang merah yang nyata, antara sumbangan pemikiran dalam Physica (yang ditulisnya), dengan Almagest (oleh Ptolemeus), Principia dan Opticks (dari Newton), serta Experiments on Electricity (oleh Franklin), Chemistry (dari Lavoisier), Geology (ditulis oleh Lyell), dan The Origin of Species (hasil pemikiran Darwin).

Para filsuf dari zaman filsafat pertengahan yaitu: Thomas Aquino.

Adapun para filsuf modern, yakni: Rene Decartes (disebut sebagai bapak rasionalisme, yaitu menganggap bahwa ilmu itu rasional, juga di sebut sebagai bapak filsafat modern karena pemikirannya dianggap sebagai pemikiran terpenting dan berpengaruh pada masa filsafat modern), Immanuel Kant (memperoleh predikat rasional, empiris, transenden, dan intuisme),Machiavelli, David Hume, John Locke, Leibniz, Barkeley, Karl Mark, Auguste Comte, Edmund Hurssel, dan sebagainya.

Filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari penguasa namun dari diri manusia sendiri. Namun tentang aspek mana yang berperan ada pendapat. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Aliran empirisme, sebaliknya, meyakini pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik yang batin, maupun yang inderawi. Lalu muncul aliran kritisisme, yang mencoba memadukan kedua pendapat berbeda itu.

Aliran rasionalisme dipelopori oleh Rene Decartes (1596-1650 M). Ia menegaskan perlunya ada metode yang jitu sebagai dasar kokoh bagi semua pengetahuan, yaitu dengan meragukan segalanya secara metodis. Descartes menerima 3 realitas, yang sudah ada sejak kita lahir, yaitu (1) realitas pikiran (res cogitan), (2) realitas perluasan (res extensa, "extention") atau materi, dan (3) Tuhan (sebagai Wujud yang seluruhnya sempurna, penyebab sempurna dari kedua realitas itu). Pikiran sesungguhnya adalah kesadaran, tidak mengambil ruang dan tak dapat dibagi-bagi menjadi bagian yang lebih kecil. Materi adalah keluasan, mengambil tempat dan dapat dibagi-bagi, dan tak memiliki kesadaran. Kedua substansi berasal dari Tuhan, sebab hanya Tuhan sajalah yang ada tanpa tergantung pada apapun juga. Descartes adalah seorang dualis, menerapkan pembagian tegas antara realitas pikiran dan realitas yang meluas. Manusia memiliki keduanya, sedang binatang hanya memiliki realitas keluasan: manusia memiliki badan sebagaimana binatang, dan memiliki pikiran sebagaimana malaikat. Binatang adalah mesin otomat, bekerja mekanistik, sedang manusia adalah mesin otomat yang sempurna, karena dari pikirannya ia memiliki kecerdasan. (Mesin otomat jaman sekarang adalah komputer yang tampak seperti memiliki kecerdasan buatan). Descartes adalah pelopor kaum rasionalis, yaitu mereka yang percaya bahwa dasar semua pengetahuan ada dalam pikiran.

Hume merupakan pelopor para empirisis, yang percaya bahwa seluruh pengetahuan tentang dunia berasal dari indera. Menurut Hume ada batasan-batasan yang tegas tentang bagaimana kesimpulan dapat diambil melalui persepsi indera kita. Aliran empirisme nyata dalam pemikiran David Hume (1711-1776), ia memilih pengalaman sebagai sumber utama pengetahuan. Pengalaman itu sendiri dapat bersifat lahiriah maupun bathiniah. Karena itu pengenalan inderawi merupakan bentuk pengenalan yang paling jelas dan sempurna.

Filsuf dari zaman filsafat kontemporer yaitu: Jean-Paul Sartre, karl Popper, Bertrand Russel, dan sebagainya.

Filsafat Kontemporer dimulai dengan bendungan Comte di sungai positivisme atau transenden. Bendungan ini dibangun oleh Auguste Comte yang memberontak tentang adanya filsafat. Pemikiran Auguste Comte ini bersifat positivisme. Positivisme yaitu bisa mengetahui sesuatu yang nyata yang ada saat ini. Positivisme menyatakan bahwa pemikiran tiap manusia, tiap ilmu dan suku bangsa melalui 3 tahap, yaitu teologis, metafisis dan positif ilmiah. Aliran positivisme dianut oleh August Comte (1798-1857), John Stuart Mill (1806-1873) dan H Spencer (1820-1903), dan dikembangkan menjadi neo-positivisme oleh kelompok filsuf lingkaran Wina.

Aliran dalam filsafat disebut sebagai school, sedangkan kemampuan di sebut sebagai faculty.

Aliran-aliran filsafat adalah sebagai berikut:

Materialisme: aliran filsafat yang menganggap bahwa materi adalah segala-galanya, atau menurut kamus materialisme menganggap bahwa hal-hal yang disebut ada adalah materi, hal ini dipelopori oleh Machiavelli. Paham materialisme ini sendiri bertentangan dengan idealisme.

Filsafat barat, dimulai dengan Adam Smith.

Filsafat di Amerika terkenal dengan sebutan fragmatisme, yaitu dengan menggunakan asas manfaat, dalam arti manfaat bagi mereka pengikutnya.

Hedonisme : aliran yang hanya mengejar kenikmatan duniawi saja.

Nihilisme : aliran yang tidak mau menerima sifat lain dari siapapun, termasuk tidak mau menerima aturan dari Tuhan.

Filsafat biasanya di klasifikasi berdasarkan daerah geografisnya dan agama. Filsafat yang termasuk berdasarkan daerah geografisnya adalah filsafat barat, timur dan timur tengah. Sedangkan menurut agama ada filsafat Islam, filsafat Hindu, Filsafat Budha dan Filsafat Kristen.

Filsafat Barat berkembang di daerah Eropa dan negara-negara jajahan negara Eropa. Filsafat ini berkembang berdasarkan tradisi dari orang-orang Yunani Kuno.

Filsafat Timur merupakan tradisi falsafi yang terutama berkembang di daerah Asia, India, China dan daerah yang dipengaruhi oleh budaya mereka. Biasanya filsafat ini dipengaruhi oleh agam, walaupun tidak terlihat jelas.

Filsafat Timur Tengah merupakan para filsuf yang bisa dikatakan juga merupakan ahli waris tradisi filsuf barat, karena filsuf pertama filsafat timur tengah ini adalah orang Arab atau orang islam yang menaklukkan daerah sekitar Laut Tengah dan menjumpai kebudayaan Yunani.

Referensi :

http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat

Jumat, Maret 06, 2009

Refleksi Perkuliahan Pendahuluan Filsafat

Dalam belajar filsafat, dibutuhkan beberapa sumber yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer yaitu jika kita memahami filsafat itu dari sesuatu hitam di atas putih. Sedangkan untuk sumber sekunder yaitu memahami dibalik apa yang tertulis, terucap dan difikirkan.

Ada 3 ruang lingkup filsafat, yaitu :

  1. Hakekat, hakekat tidak dapat didefinisikan secara pasti, karena dibalik hakekat ada hakekat lain, dibalik hakekat 1 ada hakekat 2, dibalik hakekat 2 ada hakekat 3 begitu seterusnya...

  2. Metode

  3. Manfaat.

Hal-hal di dunia ini yang terkadang diangkap hal yang sepele merupakan suatu objek terpenting dari filsafat itu sendiri. Dan sifat dari objek filsafat itu adalah intersif (dalam sedalam-dalamnya tiada tolak bandingnya) dan ekstensif (luas seluas-luasnya tiada tolak bandingnya).

Filsafat merupakan olah fikir manusia. Bagaimana manusia itu mampu mengolah akal dan fikirannya sehingga akan tertuang dalam suatu ide ataupun gagasan yang membangun.

Dalam belajar filsafat, terdapat 3 pilar yaitu:

  1. Ontologi
  2. epistomologi
  3. aksiologi.

Lupa yaitu dimana kita tidak sadar ruang dan waktu. Kata-kata yang mengandung makna lebih dari satu merupakan suatu penyakit dalam filsafat. Bersifat sakit dalam filsafat adalah tidak sadar ruang dan waktu. Sakit dalam filsafat tergantung pada pendefinisian. Sakit berarti sedang diluar kebiasaan, sedangkan sehat adalah berani di luar kebiasaan. kedua hal ini tergantung bagaimana persepsi kita masing-masing. Filsafat dapat bersifat lembut yaitu dimana filsafat merupakan suatu kesadaran. Penyakit lain dalam filsafat yaitu accident yaitu jatuhnya suatu sifat ke sifat yang lain. sehingga di dalam filsafat, tegang sama sekali tidak diperbolehkan. Karena hal ini bisa mengakibatkan jatuhnya sifat ke sifat yang lain.

Terkadang kita sendiri sulit memahami ruang dan waktu. Karena dirimu adalah ruang, aku adalah ruang dan kita semua adalah ruang. Kita tidak akan tahu siapa diri kita tanpa kita tahu dimana kita berada. Dan kita juga tidak akan tahu diri kita kapan kita berada. Karena kita tidak pernah luput dari ruang dan waktu. Pernahkah kita tidak berada dalam suatu tempat? ataukah pernah kita tidak berada dalam suatu waktu? Ruang dan waktu tidak akan pernah lepas dari kita. Karena kita ada jika kita berada di suatu tempat dan di suatu waktu.

Sehingga aku tidak pernah tahu dirimu, tanpa tahu dimana kamu dan kapan bersamamu.

Keterbatasan adalah ilmuku dan hidupku. Karena sebagai manusia aku punya banyak keterbatasan. Keterbatasan untuk melihat, untuk melihat, untuk merasakan dan untuk sesuatu hal yang tidak aku ketahui. Namun aku tahu, aku ada karena aku berfikir.

Awal dari filsafat adalah bertanya karena dengan bertanya aku tahu apa yang sedang kamu fikirkan, Karen a bertanya aku tahu apa yang kamu maksudkan.

Filsafat adalah refleksi , tidak ada aturan tetapi kesadaran ruang dan waktu. Jika filsafat sudah berbicara maka tidak ada yang tidak ada hubungannya dengan dunia ini.

Hidup adalah menerjemahkan dan diterjemahkan. menerjemahkan berarti kita membaca dan mengerti apa yang kita lihat, apa yang kita dengar dan apa yang kita rasakan. Diterjemahkan berarti ikhlas. Aku tidak bisa memahami hidup jika aku tidak tahu apa yang sedang aku lakukan. Ketika aku sedang sholat maka hidupku adalah untuk sholat. Ketika aku sedangn belajar maka hidupku adalah untuk belajar. Ketika aku sedang bekerja, maka hidupku adalah untuk bekerja. Hidup mempunyai banyak pandangan dalam memahami hakekat hidup itu.

Sejauh-jauhnya mengembaranya fikiranmu, hendaknya dikendalikan oleh hatimu. Hal ini merupakan suatu isyarat bahwa dalam belajar filsafat, tidak hanya fikiran yang harus ditonjolkan, karena kita harus bisa tetap sadar ruang dan waktu, dan yang bisa mengendalikannya adalah hati, karena itu hati dan fikiran haruslah selalu bersama-sama, tidak dapat berjalan sendiri-sendiri.